home photo grallery buku tamu link tentang kami

Rabu, 10 Desember 2008

BAWAKARAENG 2830 Mdpl

Gunung Bawakaraeng berdiri dengan ketinggian 2.830m d.p.l, dan berada pada posisi 119°56'40" BT dan 05°19'01" LS. dan suhu minimum adalah sekitar 17°C hingga maksimum 25°C. Hutan gunung ini didominasi oleh vegetasi hutan dataran rendah, hutan pengunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Tumbuhan yang banyak ditemui diantaranya Jenis pinus, anggrek, edelweis, paku-pakuan, pandan, cengkeh, santigi, rotan, lumut kerak dan lain sebagainya. Sedangkan untuk jenis fauna yang bisa ditemui antara lain, Anoa, babi hutan, burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang dan lainnya. Gunung ini merupakan darah tangkapan air untuk Kabupaten Gowa, Makassar dan Sinjai. Juga merupakan hulu sungai Jene' berang. Serta merupakan Kawasan Hutan Wisata. Gunung ini juga termasuk kedalam kawasan Hutan Lindung Lompobatang. Gunung Bawakaraeng yg menurut masyarakat sekitar punya arti Bawa = Mulut dan karaeng = Tuhan, kalau diartikan menjadi Gunung Bawakaraeng = Gunung Mulut Tuhan, termasuk kedalam wilayah kawasan Hutan Lindung Lompobatang. Pada bulan menjelang Idhul Adha, Gunung ini menurut penduduk akan menjadi sangat ramai, karena sebagian kecil masyarakat di kabupaten Gowa percaya, kalau mendaki Gunung bawakaraeng, sama dengan melakukan perjalanan ke Tanah Suci, jadilah istilah Haji Bawakaraeng. Gunung Bawakaraeng yg posisinya sangat dekat dengan laut, juga pada malam hari kota Makassar terlihat begitu indah dari puncak bawakaraeng, ternyata gunung ini menyimpan banyak misteri, dan banyak juga legenda Mistis yg melekat di gunung ini.

Dibalik itu, sebagai gunung yg paling sering dikunjungi dan pada bulan - bulan di musim penghujan, kondisi cuaca di gunung ini menjadi sangat buruk dan sering terjadi badai di pegunungan lompobatang. Waktu kunjungan terbaik biasanya di anjurkan pada bulan Mei - September, karena pada bulan tersebut cuaca lumayan baik dan pemandangan alam akan begitu terlihat indah. Gunung ini hanya berjarak 75 km dari Kota Makassar dan menjadikan gunung favorites bagi pendaki di Kota Makassar dan sekitarnya.

Rute Pendakian

Secara Geografis, Gunung Bawakaraeng terletak di Kabupaten Gowa, akan tetapi pencapaian menuju puncak gunung ini dapat dilakukan dari dua jalur yaitu, jalur Lembanna yang juga terletak di kabupaten Gowa. Dan jalur satunya adalah jalur Tassoso' yang terletak di Kabupaten Sinjai.

JALUR LEMBANNA
Lembanna terletak disebelah Utara Laut puncak Bawakaraeng. Daerah ini juga berada tepat dikaki gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 1.400m d.p.l, pada posisi koordinat 119°54'18" BT dan 05°15'15" LS. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Curah hujan rata-rata adalah 2.034mm/tahun dengan suhu udara minimum 15°C dan maksimum 20°C. umumnya penduduknya ber etnik Makassar atau penduduk asli, dan umumnya rumahnya bersedia digunakan untuk bermalam. Desa yg termasuk dalam kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa, lebih dikenal dengan daerah Wisata Malino.Masyarakat desa Lembana ini sangat ramah dan bersahabat, banyak pendaki yang menginap gratis di rumah penduduk sebelum mendaki, Tiap akhir pekan tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh Pendaki yang ingin mendaki gunung Bawakaraeng ataupun orang yang hanya sekedar santai menikmati hari libur dikaki gunung Bawakaraeng. Urutan pencapaian dari Makassar sebagai berikut:

Makassar--> Sungguminasa--> Malino--> Lembanna--> Puncak Gunung Bawakaraeng

Jika datang dari Makassar atau dari Luar pulau sulawesi, naik angkutan Kota menuju ke Terminal Gowa, atau bisa juga Turun di perempatan Sunggu Minasa, Jalan arah ke Malino. Dari sini, Naik Angkutan Pedesaan jurusan Malino, waktu tenpuh kurang lebih 2-3 jam perjalanan. Biasanya Sopir angkutan sudah hafal, kalau ada pendaki yg akan mendaki Bawakaraeng, Sopir Angkutan akan mengantar sampai ke Desa lembanna. Desa terakhir di kaki gunung Bawakaraeng. Tariff per Orang Rp. 8000. para pendaki pada umumnya bermalam terlebih dahulu di Desa lembanna, yg punya ketinggian 1400 Mdpl, baru keesokan paginya pendakian dimulai. Atau bisa juga melakukan pendakian pada Malam hari.

Desa Lembanna
Pendakian dimulai dari Desa Lembanna, medannya berupa perkebunan penduduk lalu mulai masuk pintu Hutan Pinus dan untuk mencapai Pos 1 dibutuhkan waktu 1-2 jam perjalanan.

Pos 1
Dari Pos 1 yg ketinggian mencapai 1650 mdpl, pendakian terus landai hingga mencapai Pos 2, diperlukan waktu tak lebih dari 1 jam perjalanan, disini tersedia mata air yg mengalir.

Pos 2
Perjalanan belum terlalu mendaki, masih landai dan mulai masuk vegetasi hutan khas sulawesi, waktu tempuh tak berbeda dengan dari Pos 1 ke Pos 2,

Pos 3
Di pos 3 juga tersedia mata air dan bisa mendirikan Tenda.

Pos 4
Pos 4 di tempuh dalam waktu lebih dari 1 Jam perjalanan dan perjalanan di lanjut hingga Pos 5, di pos 5 terdapat mata air, hanya saja lumayan jauh. Biasanya I Pos 5 digunakan untuk bermalam.

Pos 5
Dari Pos 5, perjalanan mulai mendaki dan sepanjang perjalanan akan melewati Pohon-pohon yg tumbang karena dari Pos 5 - 6, hutannya habis terbakar, kalau mendaki malam hari sebaiknya berhati-hati, karena disini biasanya pendaki sering tersasar, karena jalur tak begitu terlihat.

Pos 6
Ketika tiba di Pos 6, perjalanan masih melalu hutan yg lumayan lebat, perjalanan terus melandai dan mulai mendaki dan hutan mulai menghilang berganti vegetasi hutan yg berbeda dan setelah 2 jam perjalanan, akan tiba di Pos 7, yg punya ketinggian 2710 mdpl.

Pos 7
Di Pos 7 pemandangan sangat indah dan lumayan terbuka. Dipos 7 inilah yg sering terjadi badai.

Pos 8
Dari Pos 7 menuju Pos 8, jalur mulai naik turun, di sepanjang jalur ini terdapat 2 kuburan dan ada pula In-memoriam pendaki yg tewas, setelah melewati 2 bukit yg punya ketinggian rata-rata 2700 mdpl, jalur akan menurun dan Tiba di Pos 8, disini tersedia mata air, dan biasanya pendaki bermalam disini baru keesokan paginya menuju puncak Bawakaraeng. Pemandangan rumput savana dan puncak bawakaraeng terlihat dari pos 8 ini, suhu pada malam hari antara 8-10 derajat.

Pos 9
Setelah melewati padang savana dan ada kebun edelweis maka akan Pos 9 di tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, di pos 9 juga bisa digunakan untuk mendirikan tenda.

Pos 10
Pos 10 adalah Puncak Bawakaraeng. Untuk mencapai puncak bawakaraeng, tidak lah terlalu sulit, walaupun sedikit mendaki. Setelah menempuh kurang lebih ½ jam perjalanan, maka akan tiba di Puncak Bawakaraeng. Sebaiknya sebelum menuju puncak perhatian kondisi alam di puncak, terkadang angin bertiup lumayan kencang.

Rute alternative bisa juga menggunakan jalur lintas, yaitu melewati lembah Rama, dari Pos 1 ada percabangan jalan, ambil jalur kanan dan tembuh di Pos 8, jalur ini lumayan panjang dan melewati lembah yg lumayan luar, bisa melihat Air Terjun Taka Palu yg punya ketinggian 50 meter. Rute Alternative lintas LompoBatang, Pendakian bisa juga lintas ke Gunung LompoBatang melalui puncak bawakaraeng dan Turun di Kabupaten Gowa, menurut informasi dibutukan waktu 3 hari perjalanan.

JALUR TASSOSO
Dusun Tassoso' terletak disebelah Timur Laut puncak Gunung Bawakaraeng. Daerah ini yang berda tepat dibawah kaki gunung ini dan berada pada ketinggian 1.320m d.p.l, pada posisi koordinat 119°58'38" BT dan 05°58'55" LS. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Curah hujan rata-rata adalah 78.7mm/tahun dengan suhu udara minimum 15°C dan maksimum 27°C. Urutan pencapaian dari Makassar sebagai berikut:

Makassar--> Sinjai Barat (Manipi)--> Gunung Perak (Tassoso)--> Puncak Gunung Bawakaraeng

Keadaan Puncak
Ketika tiba dipuncak Bawakaraeng, pemandangan di puncak ini termasuk yg paling bagus di sulawesi, tak heran setiap minggu gunung ini ramai di daki oleh para pendaki yg umumnya datang dari Sulawesi selatan, juga dari propinsi lainnya. Terdapat Sumur yg dikeramatkan oleh masyarakat, biasanya mereka mengambil air dari sumur tersebut untuk di bawapulang, juga terdapat batu yg biasa digunakan untuk sesajen. Luas puncaknya kurang lebih 100 m2, pemandangan Laut dan Kota Makassar di arah barat, di arah Timur Awan terlihat tebal dan terdiam menggumpal, di arah selatan terlihat Gunung Bulusaraeng dan arah selatan, adalah Gunung LompoBatang 2871 mdpl, bisa dilintasi lewat Gunung Bawakaraeng. Waktu tempuh untuk pendakian Gunung Bawakaraeng, kalau dirata-rata dari Desa Terakhir kira-kira 6 - 8 jam perjalanan.

Perijinan

Tidak ada perijinan yang berbelit-belit untuk mendaki gunung ini, hanya perlu melapor ke kepala desa setempat dan untuk lebih baiknya menyertakan surat jalan yang dilampiri data lengkap para pendakinya.

Keberadaan Porter
Didesa lembanna, kebanyakan penduduk bersedia untuk mengantar dan sekaligus menjadi Porter, hanya saja tak ada tariff yg jelas. Tergantung kesepakatan.

Tempat Menarik

Ada beberapa tempat menarik yang bisa dikunjungi disekitar gunung ini antar lain:

Air terjun di wilayah Tassoso' degnan tinggi 50 meter dan terletak pada ketinggian 1.470m d.p.l. Dapat dicapai dengan jalan kaki dengan jarak tempuh 5 jam pulang pergi, selain air terjun terdapat juga beberapa goa.

Di wilayah Lembanna dijumpai juga sebuah air terjun dengan ketinggian 15 meter dan terletak pada ketinggian 1.514m d.p.l dan dapat dicapai dengan jalan kaki. Memakan waktu tempuh sekitar 1 jam pulang pergi.

Air Terjun Malino
Air Terjun Takapalu
Air Terjun Ketemu Jodoh
Taman Wisata Hutan Malino

arjuno

ARJUNO 3339 Mdpl
Gunung ini terletak di propinsi Jawa Timur, bertype Strato dengan ketinggian 3.339 m dpl. Biasanya gunung ini dicapai dari dua titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari TRETES dan BATU. Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak gunung Arjuno terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang. Selain dari dua tempat diatas Guung Arjuno dapat didaki dari berbagai arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu Malang - Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Disamping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun "Kakek Bodo" yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuna. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung.

Rute Pendakian

Gunung Arjuna dapat didaki dan berhagai arah; arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).

RUTE TRANSPORTASI
RUTE ANGKUTAN DARI SURABAYA:
Angkutan mulai dari Surabaya (terminal Bungurasih/Purbaya)
Naik bis jurusan Malang dari bungurasih (turun di Pandaan).
Naik angkutan lokal dari terminal Pandaan turun di Tretes (turun hotel Tanjung).
Ijin pendakian pada posko (jalan kurang lebih 30 M dari hotel tanjung) Untuk Arjuna.

RUTE PENDAKIAN DARI TRETES:
Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak tersedia hotel maupun Losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan yang nyaman. Dan Pos PHPA Tretes kita dapat langsung rnendaki Gunung Welirang dan juga Gunung Arjuna. Setelah berjalan antara 4 - 5 jam ke arah barat daya dari Tretes kita dapat berhenti dan bermalam di pondok tempat orang mencari bijih belerang, disini terdapat air yang cukup melimpah untuk memasak atau mandi, Hampir setiap hari sekitar 20 -- 30 orang buruh mencari dan membawa batu belerang ke Tretes. Ke esokan paginya pendakian dapat dilanjutkan ke puncak Welirang atau berbelok kita langsung kearah Gunung Arjuna. Perjalanan dari pondok sampai ke puncak Gunung Welirang, akan melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu. Setelah berjalan 3 jam kita akan sampai di puncak Gunung Welirang. Di bawah puncak Welirang ada sebuah kawah yang menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak Welirang memakan waktu 7 - 8 jam. Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju Gunung Arjuna maka setelah sesampai di puncak Gunung Welirang kita berjalan turun ± 10 menit tepatnya ke arah selatan. Hutan yang dilalui adalah hutan cemara dengan melewati sebuah jurang dan pinggiran Gunung Kembar I dan Gunug Kembar II. Setelah berjalan 6 - 7 jam kita akan sampai di puncak Arjuna. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinaniakan “Pasar Dieng”, ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gunung Arjuna dan terdapat batu­ yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu ± 10 menit. Untuk Imagemencapai Gunung Arjuna dan Gunung Welirang dibutuhkan waktu 5 sampai 6 jam. Puncak Gunung Arjuna anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5-10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah, kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta laut utara dengan kerlipan lampu- lampu kapal. Puncak G. Arjuna disebut juga dengan Puncak ‘Ogal-Agil’ atau ‘Puncak Ringgit. Disekitar puncak bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Rute turun dapat ke kota Lawang atau ke arah timur dengan melewati Hutan Cernara, Hutan tropis dan perdu. setelah itu kita akan melewati Perkebunan Teh Wonosari bagian utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat dan menyingkat waktu daripada kembali ke arah Gunung Welirang/Tretes. Perjalanan turun ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.

RUTE PENDAKIAN DARI LAWANG:
Mendaki Gunug Arjuno dari kota Lawang merupakan awal pendakian yang praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dan arah Surabaya maupun Malang, selain itu Puncak Gunung Arjuno dapat langsung kita tuju dan arah ini. Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (kira-kira 76 Km) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km. Dan Lawang kita naik kendaraan umum (angkutan desa) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km. Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini. Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari serta terus naik selama 3 - 4 jam perjalanan kita akan sampai di “Oro - Oro Ombo” yang merupakan tempat berkemah. Dari ”Oro-oro Ombo” menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan “LaliJiwo” untuk menuju puncak terakhir ini. Setelah kita melewati Hutan Lali Jiwo kita akan melalui padang rumput yang jalannva menanjak (curam) sekali. Mendekati puncak, Imagekita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah setelah itu kita akan mencapai puncak Gunung Arjuna. Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah Barat Gunung Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang memiliki sumber air hangat dari kaki Gunung Welirang dan keadaannva tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atau Malang untuk menuju Batu kita dapat naik bus/Colt, selanjutnya perjalanan dari Batu menuju Selecta menggunakan Colt (angkutan pedesaan). Selecta salah satu tempat wisata yang ada di kota Batu dengan ketinggian 1.200 m dari permukaan laut. Setelah tiba di Selecta kita dapat bermalam haik di Hotel maupun Losmen. Besok paginya dengan colt, kita menuju desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya. Kita memulai pendakian dengan melewati ladang sayur-sayuran dan jalan setapak menuju ke arah timur laut dan terus naik melewati hutan tropika, dalam perjalanan ini samar-samar akan terlihat puncak Arjuna. Mendaki selama 5 - 6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan Puncak Gunung Welirang dan Gunung Arjuno, tepatnya sebelah tenggara Gunung Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1 - 2 jam lagi untuk menujupuncak Gunung Welirang ke arah kiri atau Gunung Arjuno ke arah kanan selama 4 - 5 jam.

RUTE PENDAKIAN PURWOSARI

Transport
Surabaya – Pasar Purwosari dengan bus jarak tempuh 2 jam
Pasar Purwosari – Desa Tambak Watu Angkot desa warna kuning Rp.3.000,- jarak tempuh 1 jam atau naik ojek dengan ongkos Rp.7.000,-

Perijinan
Ijin bisa diurus Didesa Tambak Watu dengan membayar Rp.2.000,- per orang di Pos Pendaftaran yang juga merangkap sebagai warung


ImageDusun Tambak Watu
Pendaki bisa beristirahat transit di rumah Ibu Puji di desa Tambak Watu ini. Dari desa Tambak Watu inilah awal pendakian menapaki jalan setapak menuju puncak Arjuna. Awal pendakian akan melewati hutan pinus yang tertata rapi, sementara di sela-sela pohon pinus tersebut banyak ditanami pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang, adem, ayem dan wingit mulai terasa begitu memasuki kawasan ini. Jalan Pendakian berupa macadam sampai menemui bak air / tendon air.


ImageDesa Tambak Watu – Gua Antaboga : +/- 1jam
Gua Antaboga
Gua yang bernama Gua Antaboga. Goa ini berada di bawah tebing batu menghadap utara,dengan kedalaman 1,5 m, lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan gua terbapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk melepas penat setelah satu setengah jam berjalan menuju goa ini. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak Arjuno dijalur pendakian.


ImageGua Antaboga – Petilasan Eyang Abiyasa: +/- 1jam 30 menit
Petilasan Eyang Abiyasa
Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen dan dikiri kanan jalan dibentuk taman-taman yang sangat rapi dan bersih. Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat Hyang Kuasa. Di sini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk pejiarah. Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs Eyang Sekutrem.
Petilasan ini dinaungi oleh pohon-pohon besar sehingga dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker. Petilasan Eyang sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar bangunan tersebut sekitar 2,5m x 2m. Di dalamnya ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini selalu dinyalakan hio dan dupa yang menyebarkan bau harum.

ImageEyang Abiyasa – Situs Eyang Sakri: +/- 10 menit
Situs Eyang Sakri
Petilasan ini berupa cungkup tertutup menghadap ke barat, terbuat dari kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam. Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak Arjuno dijalur pendakian.

ImageSitus Eyang Saktri – Situs Eyang Semar: +/- 1jam 15menit
Situs Eyang Semar
ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini, meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula yang dibangun oleh para pejiarah

ImageSitus Eyang Semar – Wahyu Makutarama: +/- 30 menit
Wahyu Makutarama
Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7 x 7 m dengan tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah Mahkota raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari seorang raja jaman duhulu. Sumber Air dari bak / tandon air

ImageWahyu Makutarama – Puncak Sepilar +/- 20 menit
Puncak Sepilar
Bila dari Sepilar, menuju arah kanan menyusuri satu bukit, sampailah di Candi Wesi.
Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima buah patung namun patung Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di sebelah kiri bangunan Candi Sepilar bisa dilihat sebuah kuburan, yang menurut cerita merupakan merupakan tempat muksanya Eyang Semar. Di sebelah kanan situs ini di bangun sebuah pondokan oleh para pejiarah untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air yang disebut sendang drajad.

ImagePuncak Sepilar – Candi Manunggale Suci +/- 3 jam
Candi Manunggale Suci
Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang di atasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di bawahnya lagi tertulis Sura Dira Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti ( Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan). Dan di bawah tulisan ini tersebutlah nama Maha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah pengikut setia Bung Karno.

ImageCandi Manunggale Suci – Puncak Arjuna +/- 5 jam
Puncak Gn.Arjuna
Disekitar puncak gunung Arjuna banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan, di sebelah utara puncak berupa jurang terjal berbatu-batu yang sangat indah. Sangat disayangkan batu-batu besar di puncak gunung Arjuna ini telah dicemari oleh coretan-coretan tangan-tangan mereka yang mengaku "Pecinta Alam". Ke arah barat tampak di depan kita gunung Welirang yang selalu mengeluarkan asap, disamping gunung Welirang ke arah Barat Laut tampak gunung penanggungan yang runcing sempurna, dengan puncak yang menyerupai gunung semeru. Kearah timur kita dapat menyaksikan puncak gunung semeru yang sangat menawan. Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan gunung Anjasmoro. Di puncak gunung Arjuna terdapat sebuah batu yang berbentuk singasana (kursi) yang sering dikunjungi para pejiarah untuk membakar hio dan dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti Maha Kuasa, disinilah tempat bertahta penguasa Alam Gaib gunung Arjuna, Jangan coba-coba untuk duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar dari celaka.

agropuro

AGROPURO 3088

Gunung Argopuro terkenal dengan kesan misterinya. Tidak seperti gunung lainnya, sewaktu mendaki gunung ini kita akan dihadapkan dengan jalan setapak yang membentang dari pinggang pegunungan yang satu kepegunungan yang lain, pendaki tidak akan segera melihat puncak Gunung Argopuro (pucak utama) dan Puncak Rengganis (puncak yang palin gpopular didatangi para pendaki). Gunung Argopuro dikelilingi oleh pegunungan dataran tinggi. Mendaki gunung ini perlu kekuatan fisik serta mental yang baik, karena kondisi medan yang berupa savana yang terbentang menguji kesabaran serta fisik setiap pendaki.Akan tetapi jika anda beruntung, anda bisa betemu dengan burung merak yang lumayan banyak populasinya di gunung ini. dan mengenai persediaan air, tidak perlu takut karena banyak terdapat sumber air.

Akses Transportasi

ImageGunung yang terletak di Jawa Timur ini tidaklah terlalu sukar untuk akses transportasinya. Kota yang terdekat dengan gunung ini adalah Probolinggo dan untuk mencapai kota tersebut dari kota Surabaya bisa pakai bus ataupun kereta api Mutiara Timur yang ke Banyuwangi dan kemudian turun di Probolinggo. Berikut adalah rincian transportasi ke dan dari gunung tersebut. Transportasi menuju bermi bisa dengan menggunakan bus yang biasanya mangkal di samping Hotel "BROMO" Probolinggo. Jadwal keberangkatannya hanya dua kali dalam sehari. Bisa juga naik bus jurusan Situbondo atau Besuki dari termina bus Probolinggo dan turun ditengah perjalanan, tepatnya dipertigaan atau mesjid Pajarakan. Kemudian berganti kendaraan angkutan desa yang mangkal dipertigaan, dengan rute Pajarakan - Bremi. Bila ingin menginap dulu di Bremi sebelum mendaki bisa menggunakan villa (penginapan Rengganis) berbentuk bangunan Belanda (bangunan lamanya) yang tidak jauh dari pos polisi.

DARI ATAU MENUJU BERMI
Dengan Bus AC Surabaya - Probolinggo............................................................... Rp. 15.000
Atau dengan Kereta kelas bisnis Mutiara Timur, Surabaya - Probolinggo.......................... Rp. 20.000
Kereta ini berangkat dari stasiun Gubeng Surabaya dua kali sehari, pagi jam 9.10 dan siang jam 01.00
Jika andadari jakarta lebih mudah bagi anda jika anda naik kereta dari Jakarta menuju stasiun Gubeng. Contoh kereta BIMA sampai Gubeng sekitar jam 06.30 pagi jadi anda masih punya waktu banyak untuk istirahat.
Naik angkot yang kejurusan Dringu dari stasiun Probolinggo dan turun di Terminal Lama (Pool Bus AKAS).............................. Rp. 1.500,-
Dengan Mini bus AKAS dari Probolinggo - Bermi.................................................... Rp.10.000

DARI ATAU MENUJU BADERAN
Dengan BUS AC dari Surabaya - Pasar Besuki...................................................... Rp. 25.000
Atau dengan Kereta bisnis Mutirara Timur, Surabaya - Probolinggo......................... Rp. 20.000
kemudian dilanjutkan naik angkot dari stasiun Probolinggo ke Terminal................. Rp. 2.000
Kemudian naik bus jurusan Besuki..................................................................... Rp. 10.000
Dari besuki dilanjutkan dengan angkot ke Baderan.............................................. Rp. 5.000

ImageInfo tambahan lainnya:
Sewa satu kamar per malam nya di Penginapan Rengganis di desa Bermi Rp.20.000 kamar ini kapasitas untuk 4 orang.
Untuk sewa porter per hari........... Rp.40.000 - Rp.50.000


Rute Pendakian

JALUR PENDAKIAN DARI ARAH BARAT

ImageBERMI - TAMAN HIDUP
Jalur pendakian dari Bermi dimulai saat keluar dari Penginapan Rengganis kekiri turun mengikuti jalan dan kemudian belok kekanan dan nantinya akan melewati Ponsok Pendaki, hanya sayangnya kondisinya tidak begitu terawat dan tampak kotor. Jalur normal ini sekarang jarang ditempuh oleh para pendaki lokal karena jalurnya sudah semakin curam. Ada jalur alternatif yang lebih enak untuk dilewati yaitu dari penginapan belok kanan mengikuti jalan dan kemudian berbelok kearah kiri memasuki ladang penduduk yang banyak ditumbuhi oleh pohon jati (waypoint: 07º 58’ 14.5” LS 113º 29’ 44.9” 1046m dpl). Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam, akan sampai dilokasi perkemahan dekat dengan Danau Taman Hidup. melewati perkebunan kopi, damar dan kemudian memasuki hutan tropis, dari sini kita akan sampai dipuncak bukit. Turun beberapa menit dari puncak bukit, jalan bercabang, yang kiri akan menuju ke puncak Rengganis, dan jalur lurus yang menurun menuju ke lokasi kemah Danau Taman Hidup. Sebaiknya bermalam di sini karena sumber air yang berikut yaitu AENG KENIK sangat jauh.

ImageTAMAN HIDUP - AENG KENEK
Pendakaian sebaiknya dimulai sepagi mungkin karena jalur pendakian dari Taman Hidup hingga Cisentor adalah jalur trek yang terpanjang di gunung ini. Siapkan juga perbekalan air yang cukup untuk diperjalan. Jalur trek yang panjang, melingkari punggungan dan juga turun naik punggungan cukup menguras tenaga. Setelah melewati sebuah kalimati yang terletak diatara dua punggungan diatas punggungan ini ada pos "Cemara Lima" (waypoint: 07º 58’ 37.4” LS 113º 33’ 22.9” 2456m dpl). Pos ini hanya berupa sebuah permungkaan yang sedikit landai tanpa pondokan. didepan persis kita bisa melihat puncak bukit Cemara Lima. Dari Cisentor ke Aeng Kenek memakan waktu 6 jam (potong istirahat makan siang 1 jam). Di Aeng Kenek ini ada sungai kecil yang mengalir (Aeng Kenek artinya air kecil). Dan juga disini kita bisa mendirikan tenda karena ada tempat yang cukup luas bisa menampung 4 tenda untuk tenda kapasitas 3 orang.

ImageAENG KENEK - CISENTOR
Kemudian setelah lewat dari Aeng Kenek jalan setapak akan melewati medan yang melingkar dan naik turun serta terus memasuki hutan cemara dan tak lama kemudian kita akan bertemu dengan padang rumput Rumput pertama di jalur Bermi ini. Tiba di Sicentot dalam waktu tempuh 3 jam dari Aeng Kenek. Sicentor merupakan basecamp di jalur segitiga untuk menuju puncak. Air yang mengalir di Sicentor sangat melimpah untuk berbagai keperluan. Di Cisentor ini ada sebuah pondok dan areal buat mendirikan tenda yang cukup luas.

ImageCISENTOR - RAWA EMBIK
Sepanjang jalur pendakian menuju Rawa Embik kita akan keluar masuk padang rumput yang banyak ditumbuhi oleh pohon bunga edelweis hingga setinggi tiga meter. Jika beruntung dan jika anda tidak terlalu berisik selama melewati padang rumput yang ditumbuhi oleh rumput "gimbal" ini anda akan bisa melihat burung merak. Medan pendakian yang naik turun dan savana ini tidaklah membosankan untuk didaki. Sekitar 2 jam perjalanan kita akan sampai di Rawa Embik, disini anda bisa mengisi ulang persediaan air anda. Rawa Embik ini berupa sebuah savanna yang cukup luas. Hanya sayangnya disini populasi babi hutan cukup tinggi ini terlihat dari banyaknya lobang yang digali oleh babi hutan yang mencari umbi-umbian dan cacing yang merupakan makannya.

ImageRAWA EMBIK - SAVANA LONCENG
Dari Rawa Embik ke Savana Lonceng tidaklah begitu jauh sekitar 1 jam perjalanan, medannya masih sama dengan etape sebelumnya. Jalur trek yang melewati savana dan sesekali tanjakan melewati bukit. Setelah melewati sebuah tanjakan yang cukup curam anda akan sampai di daerah Savana Lonceng. Savana Lonceng ini adalah merupakan persipangan menuju Puncak Argopuro dan Puncak Rengganis. Menurut cerita Savana Lonceng ini adalah tempat para pengawal Putri Rengganis menambatkan kuda-kuda mereka.

ImageSAVANA LONCENG - PUNCAK ARGOPURO (3088 m dpl)
Dari pertigaan jalan setapak yang ada di Savana Lonceng ambil yang kekiri melewati savana dan kemudian sampai di kaki puncak Argopuro, tanajakan cukup curam melewati hutan cemara yang tidak begitu rapat. Puncak utama Argopuro ini hanya berupa sebuah dataran yang tidak begitu luas. Jarak tempuh dari pertigaan Savana Lonceng hingga sampai di puncaknya hanya +/- 15 menit. Puncak Argopuro yang banayk ditumbuhi oleh pohon cemara membuatnya menjadi rindang dan enak sekali untuk beristirahat, akan tetapi pemandangan kehalang oleh pohon-pohon cemara tersebut.

ImagePUNCAK ARGOPURO - PUNCAK ARCA
Turun dari puncak Argopuro sebaiknya jangan turun lewat jalan naik tadi tapi ada jalan turun diarah yang berlawanan (jangan ambil jalan turun yang ada disebelah kiri saat kita sampai dipuncak tapi didepannya). Jalur ini akan menuntun kita menuju puncak kedua tertinggi di pengungan ini, hanya di peta belum ada namanya akhirnya kami menamakanya dengan PUNCAK ARCA, karena tidak jauh dari puncak ini ada sebuah arca amun sayang sekali sudah tidak ada kepalanya karena telah digondol oleh para pencoleng benda purbakala. Jika kita perhatikan dengan seksama batu-batu yang ada di daerah puncak Arca ini rapi teratur tersusun seperti anak tangga dan bangunan. Tak pelak lagi di puncak ini juga terdapat sebuah candi dulunya hanya sayang karena struktur tanah dan tangan jahil telah menghapuskannya. Turun dari Puncak Arca, jangan terus mengikuti jalan setapaknya yang turun, setelah tiba dekat dua batu yang tegak berdiri seperti gerbang lalu berbeloklah kekiri dan turun terus menuju Savana Lonceng. Sebelum sampai di savana, disebelah kiri akan terlihat kawah mati Rengganis. Jalan setapak akan terus menuntun kita kembali ke pertigaan Savana Lonceng tadi.

ImageSAVANA LONCENG - PUNCAK RENGGANIS
Hanya butuh waktu 15 menit anda sudah memasuki areal puncak Rengganis yang diselimuti oleh belerang yang mengeluarkan bau yang tajam. Puncak yang lebih populer dari pada puncak utamanya ini. memang menarik sekali. ada banyak sekali reruntuhan candi yang bisa anda jumpai. Hanya sayang puncak inipun tak luput dari tangan vandalis yang telah merusaknya. Konon, dahulu kawasan tersebut merupakan tempat pertapaan seorang raja yang telah turun tahta dan menjadi seorang pendeta, bersama seorang putrinya bernama Dewi Rengganis yang juga seorang pertapa berilmu tinggi. di lokasi puncak paling tinggi, terdapat bangunan tumpukan batu yang menyerupai kuburan. bangunan itu dikenal oleh masyarakat peziarah sebagai petilasan Dewi Rengganis. Jika anda turun kearah belakang anda akan menemukan sebuah komplek candi yang tinggal reruntuhan namun masih terlihat jelas gerbangnya dan ruang-ruang kamarnya.

JALUR PENDAKIAN DARI ARAH TIMUR

ImageBADERAN - MATA AIR I
Jalur pendakian dari arah timur ini lebih landai jika dibandingkan dengan jalur dari arah barat. Hanya saja lebih panjang. Dari desa Baderan hingga pintu hutannya cukup jauh, anda akan melewati perladangan penduduk yang banyak sekali jalan yang bercabang dan menyesatkan. Pada umumnya pendaki akan menginap di Sumber mata air pertama, jarak tempuh dari Baderan hingga ke Mata Air pertama sekitar 6 jam. Medan pendakiannya setelah memasuki hutan cukup landai dan karena kita berada diatas punggungan yang dikiri kanannya membentang jurang yang dalam. Mata Air pertama cukup jauh dari lokasi camp.

ImageMATA AIR 1 - CIKASUR
Setelah melewati Mata Air pertama, jalur setapak masih sama dan mulai menanjak, dirute ini ada lagi sebuah sumber mata air yang dikenal dengan sebutan Mata Air II, Sebaiknya anda mengisi persediaan air disini karena hingga ke Cikasur tidak ada air dan anda akan lebih banyak melewati savana yang terbuka dan terik kena matahari. Setelah turun dari sebuah punggungan, anda akan sampai di savana pertama untuk jalur Baderan ini. dari sini jalur pendakian akan terus keluar masuk savana hingga sampai di Cikasur. Dari Mata Air I hingga ke Cikasur butuh waktu tempuh 6 - 7 jam. Cikasur adalah sebuah Savana yang sangat luas. Dahulu dijaman Belanda di lokasi ini akan dibuat lapangan terbang, tidak ada keterangan yang jelas kenapa tidak jadi. Disini kita bisa menemukan bekas-bekas bangunan Belanda tersebut dan jika kita perhatikan Savana ini dari atas bukit jelas sekali memang terlihat ada bekas-bekas runway yang belum jadi ditengah savana ini. Di Cikasur ini terdapat sebuah pondok kecil. Cukup susah mencari temapt untuk mendirikan tenda disini karena tebalnya rumput di Savana ini. Tapi didepan Pondok masih bisa menampung maksimal 3 tenda ukuran 3 orang. Di Cikasur ini banyak sekali ditemukan tumbuhan salada air, yang enak sekali dicampur sebagai sayuran.

CIKASUR - CISENTOR
Perjalanan dari Cikasur menuju Cisentor dimulai dengan mendaki bukit di sebelah kanan savana (didepan sebelah kiri pondok), terus masuk kedalam hutan dan kemudian bertemu dengan savana lainnya lagi. Kita akan keluar masuk beberapa savana dan kemudian memasuki hutan yang melipiri punggunan. Setelah sebuah turunan curam kita akan sampai di tepi sungai Cisentor dan menyeberanginya untuk sampai dilokasi perkmahan dekat pondok. Jarak tempuhnya dari Cikasur ke Cisentor sekitar 3-4 jam. Jika naik dari Jalur timur ini (Baderan) untuk lokasi camp sebaiknya dilakukan di Rawa Embik karena jarak yang tanggung dari Cikasur ke Cisentor. Rawa Embik adalah temapt yang pas untuk ngacemp pada jalur pendakian dari Arah Timur (Baderan). Untuk keterangan jalur kepuncak sama dengan jalur pendakian dari barat.

Perijinan

Pos PPH Desa BaderanUntuk perijinan pendakian dari jalur Barat (Bermi) cukup dilakukan di Pos polisi Bermi. Dengan menyerahkan fotocopy KTP ketua rombongan dan menulis buku log pedakian dengan menuliskan nama setiap rombongan serta rencana pendakian. Sedangakan perijinan untuk jalur pendakian dari timur (Baderan) harus melaporkan identitas diri untuk dicatat identitas dan tujuan pendakian kepada petugas KSDA Dataran Tinggi Yang Timur, syarat lain yang harus ada untuk perijinan di Badera adalah surat jalan dari organisasi/club atau bagi kalangan pendaki non club cukup keterangan surat jalan dari RT/RW. Letak kantor KSDA ini persisi disebelah SD Negeri Baderan. Disini juga bisa diperoleh informasi mengenai seputar Gunung Argopuro.

Tempat Menarik

Ada beberapa tempat menarik dan mempunyai nilai sejarah yang terdapat di Gunung Argopuro. Selain itu juga mempunyai pemandangan yang indah, yaitu:

  • Danau Taman Hidup
  • Savana besar Sikasur
  • SAvana Lonceng dan savana-savana lainnya.
  • Puncak Argopuro
  • Puncak Arca
  • Puncak Rengganis
Gunung Agung 314m dpl








Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.142 mdpl. Gunung ini terletak di kecamatan Rendang Kab.Karangasem - Bali. Gunung Agung adalah gunung berapi tipe strato, gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang terkadang mengeluarkan asap dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini nampak dengan kerucut runcing sempurna, padahal puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar. Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok, meskipun kedua gunung tertutup awan karena kedua puncak gunung tersebut berada di atas awan. Pagi hari udara masih bersih sehingga kita dapat memandang gunung-gunung lainnya di pulau bali, menjelang siang badan dan puncak Gunung Agung diselimuti awan sepanjang hari.

Rute Pendakian

Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :
-Dari selatan adalah dari selat lewat sangkan kuasa.
-Dari tenggara ialah dari Budakeling lewat nangka
-Dari Barat daya yang merupakan jalur pendakian yang umum digunakan oleh para pendaki yaitu dari Pura Besakih.

Pura BesakihJALUR PURA BESAKIH
Jalur ini sering dipakai pendaki, selain melewati kompleks pura Besakih yang terkenal , kita akan melihat pemandangan yang sangat mengesankan disepanjang perjalanan. Disepanjang jalur ini tidak terdapat mata air sehingga pendaki harus membawa bekal air yang banyak. Menjelang batas hutan terakhir sebenarnya terdapat mata air yang disucikan oleh masyarakat, namun tidak boleh sembarang orang untuk ke sana.

Perjalanan diawali dari pura puseh lewat pura plawangan ke pura telaga mas kemudian perjalanan dilanjutkan ke tirta dasar sampai di batas hutan terakhir atau dinamakan hutan pengubengan. Melewati kompleks pura jalanan tertata rapi, kemudian kita memasuki kawasan hutan yang agak landai sekitar 1/2 jam, selebihnya jalur terus menanjak.

Gunung Agung dilihat dari pesawatJalur yang dilewati sempit dengan sisi kiri kanan jurang, jalur ini terdiri dari tanah bercampur pasir dan kerikil sehingga sangat licin, bila hujan jalur akan semakin parah. Terdapat banyak tanjakan terjal melalui akar-akar pohon dengan berpegangan menggunakan akar. Dalam kawasan hutan ini jalur sempit sehingga bila berjumpa dengan pendaki lain harus minggir, juga hampir tidak ada tempat yang cukup luas untuk membuka tenda. Itulah sebabnya para pendaki sangat mengganggu masyarakat yang sedang mengadakan upacara di gunung. Menjelang batas akhir hutan jalur berupa pasir yang sangat licin dan mudah merosot. Perkemahan dapat dilakukan pada ketinggian 2500 meter atau setelah 5 jam pendakian melalui kawasan hutan. Di sini menjadi batas akhir hutan dan jalur agak lega dan terdapat tempat yang sedikit terbuka. Banyak terdapat monyet yang pemalu, mereka mengikuti pendaki namun tidak berani mendekat, berbeda dengan monyet di gunung Rinjani yang sangat berani dan mengganggu pendaki. Di siang hari tampak monyet-monyet bermain-main di lereng-lereng yang sangat terjal. Dari titik ini pendaki dapat melakukan point atau terus mendaki selama 3 jam sampai ke puncak kawah gunung Agung sebelah tenggara.

Gigiran daerah puncakJalur berikutnya berupa tebing curam dengan batu-batu besar, pendaki harus merangkak dan memanjat tebing ini, pendaki harus mencari sendiri sisi tebing yang mana yang nyaman dipanjat. Selain sangat curam juga sangat berbahaya karena dibawahnya batu-batu besar siap menyambut kita bila sampai tergelincir kebawah, bisa-bisa pendaki akan menggelinding ke jurang yang lebih dalam lagi.
Setelah berhasil memanjat tebing, meskipun tanpa peralatan panjat tebing, kita akan disambut oleh lereng terjal dan tandus. Disini pendaki harus merangkak mendaki ke atas karena keterjalannya yang sangat curam. Pendaki akan tertipu seolah-olah disinilah puncak gunung agung, setelah bersusah payah memanjat tebing ini pendaki akan kecewa karena setelah sampai di puncak tebing tampak menjulang tinggi bukit pasir dan batuan yang jauh lebih tinggi dan lebih berbahaya.

Puncak tertinggi berada di sebelah barat daya, yakni sebuah bukit berbatu yang tandus dari batu gunung berapi yang runcing. Untuk menuju kawah Gunung Agung kita melewati beberapa puncak gunung yang berpasir dan jalur sangat sempit dan memanjang. Jalur ini sangat curam dan berbahaya, lebih-lebih jika ada angin kencang dan badai akan semakin membahayakan pendaki.
Kawah gunung agung lebar melingkar dan sangat curam disisi luar, dan tegak lurus kecuramannya di sisi dalam kawah. Setiap tahun diadakan upacara dengan sesaji kerbau yang diceburkan ke dalam kawah melewati jalur selat ( sisi selatan ), karena tidak mungkin untuk melalui jalur Pura Besakih. Pendaki bisa berjalan di sepanjang sisi kawah untuk menuju jalur pendakian yang lain.

Perinjinan

Tidak terdapat pos khusus untuk para pendaki, namun pendaki wajib melaporkan diri di kantor polisi di pintu gerbang Pura Besakih. Untuk kelengkapan surat-surat sebaiknya siapkan surat jalan dari sekolah/kampus atau RT/RW. Tidak dikenakan biaya administrasi tetapi sebaiknya kita memberi secara suka rela. Kita dapat juga bermalam di pos polisi ini jika kemalaman pada saat turun gunung. Tidak banyak informasi yang dapat diperoleh dari petugas (polisi) tentang gunung, kecuali catatan kecelakaan yang terjadi di Gunung. Bila hendak menyewa ranger (guide) biayanya berkisar Rp.400.000,- Dari para guide lokal inilah informasi tentang gunung baru bisa diperoleh.
Agar selamat sebaiknya pendaki singgah di pura untuk berdoa, pantangan bagi pendaki agar tidak membawa daging sapi dalam bentuk apapun. Pada saat ada upacara besar biasanya pendaki dilarang naik karena menurut kepercayaan dan pengalaman masyarakat setempat biasanya sering terjadi kecelakaan pada saat ada upacara besar. Pendakian menuju puncak gunung agung ini akan melewati tempat-tempat ibadah orang bali, sehingga bagi para pendaki yang ketika akan mendaki mendapati upacara keagamaan disarankan agar menunda pendakiannya untuk menghormati ritual keagamaan tersebut. Disamping itu jalur yang dilalui sempit apa bila berjumpa dengan iring-iringan masyarakat yang hendak mengadakan upacara di gunung, ke beradaan para pendaki sangat mengganggu perjalanan mereka yang membawa berbagai sesaji. Selain itu pantangan lain untuk mendaki gunung ini adalah, membawa makanan yang berasal dari daging sapi, atau barang dan peralatan yang terbuat dari kulit sapi. Dilarang membawa perhiasan yang terbuat dari emas. Bagi perempuan yang sedang datang bulan dilarang keras untuk mendaki. Gunung ini tidak tertutup bagi orang asing.

CIREMAI 3078 Mdpl

Gunung ini berada pada posisi geografis 6°53 1/2' LS dan 108°24' BT. Diantara tiga kabupaten, Cirebon, Majalengka dan Kuningan. Tertinggi di Jawa Barat yaitu 3078m. Dipuncak gunung ini terdapat beberapa kawah, diantaranya Kawah Barat, Kawah Timut, dan Goa Walet. Air agak susah ditemukan di gunung ini, terlebih lagi jika pendakian dimulai dari Linggarjati. Sebaik anda membawa perbekalan air yang cukup untuk perjalanan anda. Dari Jakarta gunung ini bisa dicapai dengan menggunakan bus kearah Kuningan atau Cirebon. Dan dari Cirebon kita mempunyai beberapa rute pendakian. Digunung ini banyak sekali kita jumpai monyet yang kadang-kadang melopat dari dahan kedahan mengikuti para pendaki. Dimusim hujan suhu dipuncak gunung Cereme bisa mencapai 2°c.

Rute Pendakian

AKSES TRANSPORTASI
Rute Apuy
Dari Jakarta naik bus menuju Kuningan (Rp. 20.000) lalu turun di pertigaan Palimanan. Dari pertigaan Palimanan naik mobil minibus (ELF/L300) jurusan Kadipaten dan turun di terminal Kadipaten (Rp.5.000), kemudian disambung lagi dengan menumpang minibus (ELF/L300) jurusan Talaga dan turun di terminal Maja (Rp.5.000). Terakhir angkutan disambung dengan memakai kendaraan pick-up menuju Apuy dengan tarif Rp.2.500.

Alternatif lain menuju Maja
Dari perapatan Palimanan naik minibus (ELF/L300) menuju Rajagaluh dan turun di terminal Rajagaluh Rp.3.000. Dari terminal Rajagaluh dilanjutkan naik colt menuju Majalengka dan turun di Cikasong, (Rp.2.000) dan disambung dengan menyetop minibus L300 yang dari Kadipaten menuju Maja (Rp.2.000) Bisa juga dari pertigaan Palimanan menuju Maja mencarter minibus (ELF/L300) harga tergantung tawar menawar, biasanya Rp.110.000 per satu mobil.

Rute Palutungan
Dari Jakarta naik bus menuju Cirebon atau bias juga naik kereta api, kemudian dilanjutkan dengan naik angkot menuju Cigugur. Kemudian naik Ojek ke Palutungan.

Rute Linggajati
Dari Jakarta naik bus menuju Kuningan dan turun di Pertigaan Cilimus. Kemudian dilanjutkan dengan naik angkot atau naik ojek menuju Desa Linggajati, yang hanya berjarak 4 -5 km.

JALUR PENDAKIAN DARI JALUR APUY:
Rute Apuy adalah rute yang terpendek dibanding dengan dua rute lainnya yang umum dipakai. Akan tetapi untuk pencapaian ke Desa Apuy masih terbentur masalah kendaraan yang masih menggunakan mobil pick-up sayur. Berikut ulasan mengenai jalur Apuy:

Desa Apuy

Desa ini terletak pada ketinggian 1204m dpl dan berada pada Kecamatan Argapura, desa kecil ini merupakandesa terakhir untuk pendakian Gn. Ciremai melalui rute ini. Didesa ini juga terdapat sebuah objek wisata alam berupa sebuah air terjun bertingkat dua. Air terjun ini bernama Curug Muara Jaya. Para pendaki biasanya menginap di rumah Pak Kuwu atau Pak Kepala Desa. Desa ini berada pada koordinat 06° 54’ 38.9” LS dan 108° 21’ 20.0” BT.

Desa Apuy – Pos I ( Blok Arban)
Dari Apuy ke Pos I atau yang disebut juga dengan Blok Arban ini berjarak sekitar 2 jam berjalan kaki, dengan melewati perkebunan penduduk dan banyak sekali jalan bercabang. Alternatif menuju Pos I adalah dengan mencarter mobil Pick-up L300. Di pos ini merupakan tempat untuk mendapatkan air yang terakhir. Pos ini berada pada ketinggian 1.614m dpl dan pada posisi 06° 54’ 50.3” LS dan 108° 22’ 43.4” BT.

Pos I – Pos II (Simpang Lima)
Pos I ke Pos II atau Pos Simpang Lima ini berjarak sekitar 1 jam jalan kaki. Pos ini berada pada ketinggian 1.915m dpl dan pada koordinat 06° 54’ 47.1” LS dan 108° 23’ 10.0” BT. Pos ini tidak begitu luas bisa menampung sekitar 2-3 tenda. Dan dilokasi ini ada tenda terpal yang ditinggalkan pemiliknya, kondisinya masih bagus hanya tidak dipasang sebagaimana mestinya.

Pos II – Pos III (Tegal Wasawa)
Dari Pos II ke Pos III yang dikenal juga dengan Pos Tegal Wasawa, bias ditempuh dengan waktu lebih kurang satu jam. Pos III berada pada ketinggian 2.400m dpl dan pada posisi 06° 54’ 44.1” LS dan 108° 23’ 36.1” BT. Pos ini cukup sempit dan hanya bisa menampung 2 tenda dalam posisi yang cukup rapat.

Pos III – Pos IV (Tegal Jamuju)
Dari Pos III ke Pos IV atau Tegal Jamuju ini berjarak sekitar 50 menit. Pos IV berada pada ketinggian 2.600m dpl dan pada posisi 06° 54’ 33.4” LS dan 108° 23’ 46.9” BT. Pos IV ini cukup luas dan bisa menampung 5-6 tenda.

Pos IV – Pos V (Sanghiang Rangkah)
Pos V atau Sanghiang Rangkah ini berjarak lebih kurang 1.5 jam perjalanan dari Pos IV. Pos Sanghiang Rangkah ini adalah pos yang terluas, disini juga terdapat pertigaan jalur ke Palutungan. Dari Pos V ini keadaan medan sudah terbuka. Pos ini berada pada ketinggian 2.800m dpl dan pada posisi 06° 54’ 17.9” LS dan 108° 23’ 58.7” BT. Pertigaan ke Palutungan juga bisa kita temui setelah kira-kira 30 menit pendakian dari Pos V atau pada posisi 06° 53’ 59.2” LS dan 108° 24’ 08.1” BT.

Pos V – Pos VI (Goa Walet)
Pos VI berada persis diatas Goa Walet dan kita bisa mendapatkan air di Goa Walet yang berasal dari rembesan air dari atap goa. Akan tetapi perlu diingat dimusim kemarau kadang kala airnya kering. Pos VI berada pada ketinggian 2.950m dpl dan pada posisi 06° 53’ 53.1” LS dan 108° 24’ 11.6” BT. Pos ini medannya terbuka serta cukup luas dan bisa menampung 3-4 tenda. Selain di Pos ini kita juga bisa mendirikan tenda di areal Goa Walet dan lebih terlindung dari angin.

Pos VI – Daerah Puncak.
Dari Pos VI ke daerah puncak tidak begitu jauh, kira-kira memakan waktu 30-50 menit. Tanjakan cukup curam. Sampai didaerah puncak bisa mengitari kawah dengan waktu tempuh sekita 2.5 jam. Didaerah puncak ini kita bisa menemukan tiga titik trianggulasi. Jika kita memulai kearah kiri maka titik pertama yang kita temui adalah tiang 2.866m dpl pada posisi 06° 53’ 46.6” LS dan 108° 24’ 15.3” BT yang merupakan titik tertinggi ketiga, kemudian tiang trianggulasi yang sudah rubuh ini adalah titik tertinggi yaitu 3.073m dpl yang dikenal dengan nama Sunan Cirebon terletak pada posisi 06° 53’ 35.0” LS dan 108° 24’ 24.9” BT berikutnya titik ketinggian kedua tertinggi yang dikenal juga dengan nama Sunan Mataram dengan ketinggian 3.056m dpl serta posisi 06° 53’ 40.9” LS dan 108° 24’ 42.3” BT. Tiang Sunan Mataram ini berada persis dekat jalur turun ke Linggar Jati.

JALUR PENDAKIAN LINGGAJATI
Jalur Linggajati ini sangat terjal dan kondisinya hampir bisa dibilang hancur, jika hendak melewati jalur ini, kondisi fisik dan mental harus prima, karena medan Linggajati ini sangat tidak dianjurkan untuk pemula, maupun untuk yang jarang naik gunung. Menurut penduduk setempat jumlah pos jalur ini sampai puncak adalah 28 Pos, karena pos-pos kecil atau daerah kecil yang datar juga dihitung sebagai pos. Highcamp hanya membahas pos-pos yang besar dan umum. Berikut uraian singkat mengenai jalur Linggajati.


Desa Linggajati
Desa ini berada pada ketinggian 700m dpl berada dalam ruang lingkup Kecamatan Cilimus. Titik awal pendakian berada pada akhir jalan aspal dari Desa Linggajati didekat sebuah Villa yang benama Gajah Barong. Pada posisi 06° 52’ 54.1” LS dan 108° 27’ 48.8” BT.

Linggajati – Pos I Cibunar
Linggajati – Pos I atau Cibunar ini jalan setapaknya lebar berbatu dan bisa ditempuh olah mobil bergardan ganda atau motor. Disepanjang jalur hingga pos Cibunar banyak terdapat warung, yang beroperasi pada musim pendakian tapi ada juga yang beroperasi setiap harinya. Pos Cibunar berada pada ketinggian 863m dpl dan pada posisi 06° 53’ 01.19” LS dan 108° 27’ 25.0” BT.

Pos I – Pos II Condang Amis
Pos II atau Condang Amis terdapat sebuah pondok warung yang hanya beroperasi pada musim pendakian tahun baru. Pos ini sangat luas berada pada ketinggian 1.212m dpl dan pada posisi 06° 53’ 11.5” LS dan 108° 26’ 40.5” BT. Keadaan jalan setapak dari Pos Cibunar hingga Pos Condang Amis bertanah licin dengan kemiringan 30 – 50 derajat, hutannya rapat.

Pos II – Pos III Kuburan Kuda
Pos Kuburan kuda atau Pos III ini terletak pada ketinggian 0.000m dpl dan pada posisi 06° 52’ 58.7” LS dan 108° 26’ 21.1” BT. Pos III ini cukup luas bisa menampung 3-4 tenda.

Pos II – Pos IV Pangalap
Pos IV atau disebut juga dengan Pos Pangalap terletak pada ketinggian 1.673m dpl dan pada posisi 06° 53’ 00.9” LS dan 108° 26’ 07.1” BT. Pos ini luas bisa menampung 8-10 tenda.

Pos IV – Pos V Tanjakan Seruni
Pos V atau Pos Tanjakan Seruni ini berada pada ketinggian 1.812m dpl dan pada koordinat 06° 53’ 07.5” LS dan 108° 25’ 53.4” BT. Pos ini juga cukup luas untuk mendirikan tenda.

Pos V – Pos VI Bapa Tere
Pas VI atau Pos Bapa Tere ini berada pada ketinggian 2.146m dpl dan pada koordinat 06° 53’ 21.4” LS dan 108° 25’ 39.4” BT. Pos ini cukup luas akan tetapi Banyak permukaan tersebut yang sedikit miring.

Pos VI – Pos VII Batu Lingga
Pos ini terkenal dengan sebutan tempat keramat, pada pos ini terdapat sebuah batu besar, akan tetapi sekarang sudah tidak ada. Menurut penduduk setempat batu tersebut hilang secara misterius. Pos Batu lingga ini cukup lebar dan berada pada ketinggian 2.365m dpl dan pada koordinat 06° 53’ 24.6” LS dan 108° 25’ 29.9” BT

Pos VII – Pos VIII Sangga Buana 1
Pos Sangga Buana 1 ini cukup luas, bisa menampung 3-4 tenda dan berada pada ketinggian 2.491m dan pada koordinat 06° 53’ 26.5” LS dan 108° 25’ 16.5” BT.

Pos VIII – Pos IX Sangga Buana 2
Pos IX atau Pos Sangga Buana 2 ini tidak begitu besar dan terletak pada ketinggian 2.648m dpl dan pada posisi 06° 53’ 31.2” LS dan 108° 25’ 05.7” BT.

Pos IX – Pos X Pangasinan.
Pos Pangasinan ini adalah merupakan pos yang terakhir menuju daerah puncak. Pos ini berada pada ketinggian 2.842m dpl koordinat 06° 53’ 34.7” LS dan 108° 24’ 55.5” BT. Pos ini cukup lebar dan posisinya terbuka. Permukaannya sedikit miring.

JALUR PENDAKIAN PALUTUNGAN:
Jalur Palutungan adalah jalur yang terpanjang, dan tidak begitu curam karena kondisi konturnya yang landai. Jalur ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai jalur turun. Berikut ulasan singkat mengenai jalur Palutungan:

Desa Palutungan
Desa Palutungan ini terletak pada ketinggian 1.100m dpl. Desa ini adalah awal pendakian untuk jaluir Palutungan

Palutungan – Pos I (Pos Cigowong)
Pos satu atau Pos Cigowong ini berada pada ketinggian 1.450m dpl, dan terdiri dari dua pelataran dan masing-masing pelataran terdapat bekas bangunan pos yang tinggal rangka. Disini terdapat sebuah sungai kecil dan dari sini menuju puncak berjarak sekitar 5.6 km.

Pos I – Pos II (Pos Kuta)
Pos Kuta berada pada ketinggian 1.575m dpl, cukup luas untuk mendirikan dua tenda.

Pos II – Pos III (Pos Pangguyangan Badak)
Pos III atau Pos Pangguyangan Badak ini berjarak 4.5 km. Dan berada pada ketinggian 1.800m dpl.

Pos V – Pos VI ( Pos Pasanggrahan)
Pos Pasangrahan ini cukup luas bisa menampung 3 – 4 tenda. Berada pada ketinggian 2.450m dpl serta jarak kepuncak dari pos ini sekitar 1.6 km.

Pos VI – Pos VII (Pos Sanghiang Ropoh)
Pos Sanghiang Ropoh atau Pos VII untuk jalur Palutungan ini berada pada ketinggian 2.650m dpl dan berjarak lebih kurang 1.1 km. Pos ini merupakan pos terakhir pada jalur Palutungan setelah itu jalur Palutungan akan bergabung dengan jalur dari Apuy pada tanjakan batu-batu. Selanjutnya akan bertemu dengan Goa Walet.

Perijinan

Pengurusan perijinan untuk rute Apuy tidak begitu berbelit-belit. pengurusan bisa dilakukan dikantor kepala desa yang merupakan kantor PHPA juga atau jika bermalam dirumah bapak Kepala Desa kita bisa langsung mendaftar dirumah kepala desa. Biaya retribusi per orang adalah Rp.4.500,- sudah termasuk asuransi, dengan menuliskan jumlah anggota, alamat dan rencana pendakian pada buku tamu. Dan jika anda membawa radio komunikasi jangan lupa untuk meminta frekweksi yang mereka pakai.

Untuk perijinan rute Linggajati bisa dilakukan di Pos PPGC Linggajati. Dahulu sebelum adanya pos PPGC, para pendaki mendaftar dirumah penduduk yang merupakan juru kunci gunung ini yaitu Almarhum Pak Ahmad. Pada Pos PPGC ini para pendaki harus mendaftarkan nama dan alamatnya serta membayar asuransi perlindungan wana artha. Biaya pendaftaran Rp.3000 (update unknown) sudah termasuk asuransi. Gunung Cereme adalah gunung yang terberat untuk wilayah Jawa Barat, jadi pendaki dituntut untuk mempunyai kondisi fisik yang baik serta jangan lupa untuk membawa persedian air yang cukup. karena anda tidak akan menemukan air disepanjang jalur linggarjati ini.

Untuk perijinan rute Palutungan dilakukan didesa palutungan tepatnya di pos PPGC Perhutani yang berada diseberang jalan tempat awal pendakian. Tatacara dan biaya sama dengan rute Apuy.

Tempat Menarik

Air Terjun Curug Muara Jaya
Air terjun ini terletak persis didesa Apuy. Dan sudah dikelola dengan baik desa Apuy. Air terjun ini bertingkat dua, tingkat pertamanya setinggi 50m dan tingkat keduanya setinggi 10m. Lokasinya terletak didasar sebuah lembah hasil dari aliran sungai Muara Jaya yang berair bening dan sejuk. Selain sarana pendukung yang sudah tersedia lengkap. Dilokasi ini juga terdapat sebuah camping ground. Air terjun ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan pada saat libur ataupun akhir pekan.
Jika melewati jalur Linggajati, ada banyak tempat menarik yang biusa dikunjungi, diantaranya wisata sejarah berupa bangunan bersejarah tempat berlangsungnya perjanjian Linggajati antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda. Selain itu juga terdapat kolam pemandian air panas. Untuk akomodasi didesa Apuy tidak ada penginapan, biasanya para pendaki menginap di rumah kepala desa. Sedang di rute Linggajati, terdapat sebuah villa penginapan persis di dekat perbatasan jalan aspal dan jalan menuju Cibunar. Villa ini bernama Villa Gajah Baron.

sismakala@yahoo.com