home photo grallery buku tamu link tentang kami

Sabtu, 07 Maret 2009

GEDE PANGRANGO

Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung. Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas.
Mulai 1 April 2002 untuk mengunjungi Taman Nasional Gn.Gede-Gn.Pangrango diberlakukan sistem booking, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui Gunung Putri. Pendaftaran pendaki hanya dilanyani di
Wisma Cinta Alam kantor Balai Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango pada hari kerja (senen-jumat) pada jam kantor. Pos Cibodas, Gn. Putri dan Salabintana sudah tidak melayani ijin pendakian. Hanya sebagai pos kontrol.

Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawa
san hutan seluas 150 km2 di puncak Gunung Gede Pangrango (Kabupaten Cianjur) sebagai suaka alam pada tahun 1889. Pemerintah RI kemudian mengubah status wilayah Gede Pangrango menjadi Taman Nasional pada tahun 1980.

CUACA
Gede Pangrango adalah salah satu tempat di pulau jawa yang terbanyak curah hujannya, rata-rata pertahun mencapai 3.000 hingga 4.200 mm. Musim Hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan mei dengan curah hujan lebih dari 200 mm setiap bulannya, dan lebih dari 400 mm perbulannya diantara bulan Desember hingga Maret dan taman biasanya ditutup. Taman nasional ini sangat penting untuk menyerap air hujan.

Saat terbaik untuk mengu
njungi taman maupun pendakian adalah diantara musim kemarau sekitar juni hingga september, dimana pada saat itu curah hujan turun dibawah 100 mm. Suhu rata-rata berfariasi dari 18ºC di Cibodas hingga kurang dari 10ºC di puncak gunung gede dan pangrango, dengan kelembaban diantara 80% dan 90%. Pada malam hari suhu di puncak gunung bisa mencapai dibawah 5ºC, sehingga bagi setiap pendaki gunung harus membawa jaket tebal. Pendaki juga perlu berhati-hati karena pohon-pohonan mudah tumbang.

Kelembabannya sangat tinggi terutama di hutan pada malam hari, namun pada musim kemarau di puncak gunung berubah turun pada malam hari sekitar 30% hingga siang hari naik mencapai 90%.

FAUNA
Tercatat ada 245 jenis burung di taman ini, ketika Junghuhn mendaki Gn.Pangrango pada tahun 1839, merupakan pendaki pertama yang dilakukan oleh orang Eropa, ia menemukan dua badak jawa di dekat puncak gunung (kandang badak) seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai. Sekitar 150 tahun yang lalu juga masih dihuni oleh banteng dan rusa jawa. Pada tahun 1929 masih ada Macan tutul Panthera pardus di Taman Nasional ini, dan tahun 1986 masih tersisa 10, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.

PINTU MASUK TAMAN
Bagi setiap pengunjung wajib minta ijin di pintu masuk taman yang dapat diperoleh di kantor Cibodas. Pengunjung dapat memasuki taman lewat beberapa pintu diantaranya:

Pintu Cibodas (Cianjur) merupakan pintu masuk utama dan kantor pusat taman. Berjarak kira-kira 100 km dari Jakarta / 2,5 jam dengan mobil, 89 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Pintu Gunung Putri (Cianjur) dekat dengan Cibodas dan dapat dijangkau lewat Cipanas atau Pacet. Pintu Selabintana (Sukabumi) berjarak 60 km dari Bogor / 1,5 jam naik mobil, dan 90 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Jalur ini sudah ditutup, karena ada beberapa tempat yang terkena longsor sehingga kita harus merangkak melalui pinggiran jurang dengan tali. Untuk itu diperlukan ijin khusus dan harus dengan pengawalan ranger. Pintu Situgunung (Sukabumi) berjarak 15 km dari Selabintana ke arah Bogor. Jalur menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango memiliki jalur yang sanga
t jelas, kecuali pintu masuk Situgunung.

PERATURAN PENDAKIAN
1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diperlukan bagi pendaki gunung atau wisatawan yang dari Cibodas menuju Air terjun Cibeureum melanjutkan ke Air Panas. Wisatawan yang menuju Air terjun Cibeureum lewat Selabintana. Dari perkemahan Bobojong memasuki Taman Nasional lewat Gunung Putri.
2. Bagi para pendaki gunung harus minta ijin ke kantor pusat taman di Cibodas, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam.
Jam buka kantor pengurusan ijin:
Senin - Kamis jam 07.30 - 14.30 & Jumat jam 07.30 - 11.00
Pendaki harus menyerahkan photo copy KTP atau Surat ijin Orang Tua bagi yang belum memiliki KTP.

3. Penjaga akan memeriksa barang-barang bawaan dan perijinan.
4. Dilarang membawa binatang ke dalam taman.
5. Dilarang membawa senjata tajam termasuk p
isau dan peralatan berburu.
6. Dilarang membawa perlengkapan radio dan bunyi-bunyian ke dalam taman, ijin khusus diperlukan bagi pengguna "walkie-talkie".
7. Dilarang membuat api unggun yang beresiko tinggi penyebab kebakaran hutan.
8. Dilarang mengganggu, memindahkan, atau merusak barang-barang milik taman. Termasuk mencorat-coret batu atau pohon.
9. Dilarang memetik bunga atau mencabut tanaman.
10. Mendakilah mengikuti jalur utama. Memotong jalur dapat merusak taman dan juga sangat berbahaya.
11. Jangan tinggalkan sampah, sangat sulit dan la
ma untuk membersihkan sampah dan botol-botol di gunung. Bawa kembali semua sampah ke luar taman.
12. Jangan mecemari atau mengotori sungai, pada saat mandi jangan gunakan sabun atau bahan pencemar lainnya.
13. Melapor kembali ke penjaga taman ketika meninggalkan taman dan menyerahkan surat ijin masuk.
14. Dilarang membawa minumam beralkohol ke dalam taman.


KEBUTUHAN MINIMAL
Bagi para pendaki kebutuhan utama yang harus dipenuhi adalah:
1. Perlengkapan minimal pendakian: pakaian hangat, s
leeping bag bila ingin menginap di gunung, jas hujan atau pakaian tahan air, perlengkapan obat-obatan.
2. Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup (non-alkohol).
3. Dilarang mendaki sendirian, sedikitnya harus tiga orang dalam suatu kelompok dan sebisa mungkin dibimbing oleh orang yang sudah hafal betul dengan jalurnya.


PINTU CIBODAS & GUNUNG PUTRI
Jalur terbaik adalah melalui Cibodas, karena kita dapat menikmati keindahan satwa dan beberapa tempat menarik seperti Telaga Biru, air terjun Ciberem dan Air Panas. Terutama sekali kita dapat menemukan aliran air sepanjang jalan hingga pos Kandang Badak suatu pos persimpangan jalan antara Gunung Gede dan Pangrango.

Cibodas atau Gunung Putri dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum jurusan Jakarta - Bandung. Turun di Cipanas atau pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil jurusan Cipanas - Cibodas, atau Cipanas - Gunung
Putri. Selain dikenakan tiket masuk Taman dan Asuransi, pengunjung diwajibkan meninggalkan photocopy Tanda Pengenal dan menunjukkan Tanda pengenal asli.

Melalui Cibodas puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 5 jam dan puncak Gunung Pangrango dapat ditempuh selama 7 jam. Sedangkan melalui Gunung Putri puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 9 jam.

Dari jalur Cibodas, terdapat beberapa pos peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainnya yang ingin berteduh.

Sebelum pos Kandang Batu kita akan melewati suatu lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin namun banyak pendaki berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal.

Mandi di sungai di Pos Kandang Batu ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan kantuk. Membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat menggang
gu perjalanan pendaki lainnya.

Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingi
n.

Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.

Di atas puncak gunung Gede dengan latar belakang gunung Pangrango.
Puncak Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona.
Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga
edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Gunung Gede-Pangrango.

Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat).


KELUAR TAMAN MELEWATI SELABINTANA
Minggu pertama bulan Mei 2001 terdapat ribuan pendaki berjejal di pintu Cibodas sepanjang hari membuat petugas kewalahan. Sepanjang jalur dimana ada tempat agak lebar disitu ada pendaki membuat tenda. Bahkan dijalanan para pendaki beristirahat dan tiduran karena sudah tidak ada tempat lagi untuk beristirahat. Kami pun harus berjalan dengan hati-hati karena bisa-bisa menginjak kaki para pendaki yang tidur dijalanan. Tenda - tenda berjejal di Pos Kandang batu dan Pos Kandang Badak, banyak pendaki yang tersesat menuju kawah sebelum Pos Kandang Badak, hal ini mungkin karena banyaknya jalur baru dan banyak pohon tumbang, bukan hanya pendaki baru pendaki yang sudah beberapa kalipun juga tersesat ke kawah.

Alun-alun Suryakencanapun penuh dengan pe
ndaki yang membuat Tenda, tidak seperti biasanya minggu pertama bulan Mei cuaca Gunung Gede saat itu terasa panas baik di sepanjang jalan maupun di puncak gunung. Cuaca dingin dan kabut tidak dijumpai padahal beberapa hari sebelumnya dikabarkan udara sangat dingin hingga puncak gunung diselimuti kristal es.

Dari puncak Gn.Gede Tim kesebelasan Skrekanek b
erlomba-lomba menuruni lereng puncak menuju Alun-alun Suryakencana, melewati pohon-pohon edelweis. Suasana di alun-alun seperti di tempat wisata perkemahan, banyak pendaki merebahkan badan di rumput sambil berjemur, kebetulan cuaca sedang panas. Setelah beristirahat sejenak ke-11 Tim segela melanjutkan perjalanan.

Dari Alun-alun Suryakencana kebanyakan pendaki berbelok ke kiri menuju jalur Gunung Putri, sedangkan Tim Skrekanek berbelok kanan ke arah barat untuk menuju ke Jalur Selabintana menyusuri alun-alun Suryakencana. Kemudian berbelok kekiri memasuki kawasan hutan di lereng Gn.Gumuruh. Tim Skrekanek sempat salah jalan dengan mengikuti jalur yang menuju puncak Gn.Gumuruh.

Jalur Selabintana memiliki 4 buah pos yang berupa bangunan berteduh yang sudah roboh semua. Pos pertama berada di lereng gunung Gumuruh dekat dengan alun-alun Selabintana. Pos ini merupakan persimpangan antara jalur ke selabintana, alun-alun, dan puncak Gn.Gumuruh. Jalur dari Pos I menuju Pos II curam sekali namun jelas kelihatan meskipun sangat jarang dilewati, kita harus tetap waspada, di beberapa tempat kita harus turun dengan cara merangkak berpegangan batu atau akar.

Mendekati pos ke dua jalur agak landai , di kiri kanan jalur di tumbuhi pohon-pohon besar dengan bentuk yang aneh-aneh yang men
imbulkan khayalan dan rasa takut, meskipun cuaca hari itu sangat bagus. Beberapa anggota Tim mulai berbicara ngelantur, tiga orang tim dari Tj. Priuk merasa seolah -olah kami hanya berputar-putar di tempat yang sama, sehingga mereka sempat panik. Asep merasa melihat bangunan rumah besar dan ingin menuju ke sana. Lebih parah lagi Gandhi merasa berada di rumah sendiri dan mengajak kami semua untuk mampir ke rumahnya. Setelah sampai di pos II (dari puncak) kami beristirahat untuk memulihkan kesadaran kembali.

Setengah perjalanan di dekat Pos tiga terdapat air terjun kecil dengan mata air yang jernih dan dingin, kita dapat mengisi perbekalan air kita atau sebaiknya berkemah disini bila sudah sudah sore, karena jalan yang akan kita lalui berikutnya san
gat berbahaya, selain sempit menyusuri sisi jurang juga mudah longsor, menikung tajam tertutup oleh semak-semak, bila dalam keadaan gelap atau berkabut sangat berbahaya.

Sebaiknya kita menempuh perjalanan pada pagi atau siang hari dimana matahari terang namun apabila berkabut tetap sangat berbahaya. Jangan berjalan terlalu cepat gunakan tongkat untuk menusuk tanah di depan kita bila jalur tertutup semak. Jaga jarak jangan terlalu jauh dengan pendaki lainnya.

Jalur selanjutnya terputus dan sepertinya hilang. Kita harus menuruni lereng jurang menggunakan tali, yang tidak kelihatan karena tertutup daun-daunan. Kemudian menyusuri tepi jurang yang sangat berbahaya sambil berpegangan tali karena berjalan di atas batuan yang licin dan berair, kita harus menaiki jurang kembali dengan menggunakan tali.

Jalur selanjutnya sudah lebar dan tampak jelas, kita akan melewati jalanan setapak yang agak nyaman tidak terlalu menurun menuju Selabintana. Bagi yang menggunakan sandal gunung sebaiknya mengolesi kaki dan badan dengan air tembakau, karena jalur ini banyak sekali pacetnya. Pos empat berada di dekat selabintana disini terdapat areal perkemahan yang sangat luas, dan
sungai yang jernih.

Masing-masing anggota Tim skrekanek memperoleh kenang-kenangan di tempeli Pacet/lintah lebih dari 10 ekor perorang. Seekor lintah yang menempel di dada Nanang sempat terbawa hingga terminal Sukabumi dan membesar sebesar jempol tangan.

Kami sangat bersyukur karena ke sebelas TIM Skrekanek selamat pulang kembali, sebelumnya seorang pendaki dari Perancis telah terperosok ke jurang di jalur ini meskipun berhasil diselamatkan setelah 4 hari berada di jurang karena membawa handphone satelit.


MISTERI GUNUNG GEDE


Kadangkala pendaki yang berada dikawasan alun-alun Suryakencana, akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Suryakencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana.

Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl yang berada disebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. Suryakencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu: Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi.

Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.

Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.

Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.

Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.


jalur gede pangrango


MENUJU GEDE - PANGRANGO
1 Menuju Cipanas
2 Cipanas - Taman Cibodas ( Pintu Masuk ) 30 mnt
3 Cibodas - Danau Biru 30 mnt
4 Danau Biru - Kandang Batu ( Air Panas ) 2 jam
5 Kandang Batu - Kandang Badak 1,5 jam
6 Kandang Badak - Puncak Gede ( 2.958 Mdpl ) 1 jam
7 Kandang Badak - Puncak Pangrango ( 3.019 Mdpl ) 3 jam
8 Puncak Gede - Alun Alun Suryakencana 30 mnt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar